Rabu, 04 April 2012

Musyawarah Solusi Memecahkan Masalah


"Dan (bagi) orang-orang yang menerima(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkankan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” QS Asy Syuura Ayat 38.

Sering diantara kita mendengar istilah syura atau musyawarah, namun sedikit dari kita yang benar benar memahami apa itu musyawarah dan seberapa penting musyawarah ini dalam kehidupan kaum muslimin.
Bila kita baca atau dengar dari sirah rasulullah, tentu sering kita dapati bahwa rasulullah tidak jarang meminta pendapat kepada para sahabat, baik secara personal maupun secara kolektif[1], untuk urusan urusan yang ringan sampai urusan perang sekalipun. padahal kita tahu bahwa di belakang rasulullah tentu ada back up yang jelas, Allah. namun mengapa rasulullah masih mau berlama lama mengumpulkan pendapat para sahabat, berdiskusi dengan mereka untuk membuat suatu keputusan?tentu rasulullah ingin mengajarkan kepada kita pentingnya musyawarah ini, walupun kadang hasil dari musyawarah ini membawa akhir yang berbeda dari yang kita inginkan tapi itu jauh lebih baik dari pada keputusan sepihak dari pemimpin otoriter yang dzalim. bila kita lihat dalam ayat 38 dari surat asy syuura tersebut, Allah menyebutkan musyawarah disejajarkan dengan sholat dan infaq, ini menunjukkan betapa musyawarah ini sangat dijunjung tinggi dalam islam.
Berkaitan dengan urgensi musyawarah, khalifah umar bin khattab mengatakan bahwa, “Tiada kebaikan pada suatu urusan yang dilaksanakan tanpa musyawarah.”[2] dalam sebuah riwayat, ketika terjadi pertempuran dengan persia, panglima dari persia melakukan perundingan dengan panglima perang kaum muslim. lalu panglima perang kaum muslim berkata pada panglima perang persia terebut untuk merundingkan dulu dengan kaum muslimin. panglima perang dari rusia berkata, “kami tidak pernah mengangkat pemimpin yang suka berunding.” jawab beliau, “oleh karena itu kami selalu mengalahkan kalian, kami tidak pernah mengangkat pemimpin dari orang yang tidak mau bermusyawarah.”
Sekarang, kita lihat bagaimana kondisi kita, dengan kapasitas keilmuan kita yang pas pasan, tanpa ada jaminan terbebas dari dosa, dan dengan segala kekurangannya, kita seringkali menyepelekan masalah musyawarah ini. entah itu ketidak disiplinan ketika musyawarah, terlalu banyak bercanda, datang telat, dan sebagainya.
dari segala kekurangan kita ketika musyawarah tersebut ternyata membawa dampak beruntun lain, misal keputusan yang diambil tidak maksimal, lalu pelaksanaan keputusan juga tidak maksimal karena ketika musyawarah kita tidak benar benar mengetahui bagaimana bisa sampai pada keputusan tersebut sehingga dalam pelaksanaannya tanpa didasari rasa tanggungjawab. dan pada akhirnya muncul kesan bahwa kita hanya rajin musyawarah, tanpa hasil. omong doang, realisasi nol. itu baru satu permisalan, belum kasus kasus yang lain.padahal, definisi syura menurut ‘arif khalil, “memunculkan pendapat-pendapat dari orang-orang yang berkompeten untuk sampai pada kesimpulan yang paling tepat.”[3] jadi, ketika kita mendapatkan undangan untuk musyawarah, kita dianggap sebagai orang orang yang berkompeten untuk menghasilkan keputusan keputusan berkenaan dalam suatu masalah. dan ketika kita menganggap sepele musyawarah tersebut, entah dengan tidak menghadirinya, telat menghadirinya, atau tidak serius dalam melaksanakannya, berarti kita telah menjadi salah satu penyebab dari jauhnya keputusan dari kebenaran. karena menurut Ali bin abi thalib[2] keutamaan syura’ itu ada 7:
1. Lebih mendekati kebenaran
2. Menggali ide-ide cemerlang
3. Terhindar dari kesalahan
4. Terjaga dari celaan
5. Selamat dari penyesalan
6. Persatuan diantara hati
7. Mengikuti atsar salafus-shalih
Oleh karena itu, marilah kita mulai sekarang, jangan lagi menganggap musyawarah, apapun itu wujudnya, sebagai sesuatu yang sepele, yang “ah masih ada dia kok”, yang “wah saya harus melakukan ini, saya percaya pada keputusan kalian”, atau yang “ah, buang buang waktu”. mari kita mulai serius, dari merencanakan. karena kalau saat merencanakan saja tidak serius, bagaimana bisa ketika kita melaksanakan rencana tersebut akan memberikan hasil yang baik?
———————————-
[1] Abu Hurairah mengatakan, sebagaimana dicatat oleh Al-Bukhari, “Aku tidak melihat orang yang paling banyak bermusyawarah dengan para sahabatnya selain Rasulullah saw.”
[2] An-Nizham As-Siyasi Fil-Islam, Muhammad Abdul-Qadir Abu Faris
[3] Nizhamul-Hukmi Fil-Islam, Dr. ‘Arif Khalil, hal. 236

Sabtu, 12 November 2011

Sebuah Pengantar (Episode Luar Biasa)

"Pahlawan sejati adalah orang yang dapat memanfaatkan setiap momentum kepahlawanan"(Anis Matta)

Melihat momentum 10 November membuat kita teringat akan sebuah momentum besar memperingati hari pahlawan, membuat kita memandang dengan gamblang akan keadaan sekitar, dan membuat kita berfikir akan sosok suatu perjuangan dan perubahan. Sangat besarlah jasa para pahlawan yang telah berjuang membela bangsa ini menuju kemerdekaan sehingga patutlah kita sebagai generasi penerus untuk senantiasa mengingat dan menjaga perjuangan para pahalawan kita.
Jika kita melihat sosok pahlawan maka kita akan teringat akan salah satu pahlawan yang sering disebut dengan pahlawan tanpa tanda jasa "GURU". Sosok para guru sebagai seorang pahlawan mungkin sering terabaikan dan jarang sekali diperhatikan, tapi tanpa kita sadari sosok guru lah yang justru selalu menjaga kemerdekaan bangsa ini. Dengan jiwa besar dan pengorbanan mereka, banyak sekali lahir sosok hebat nan cerdas bagi negeri ini. Untuk itu wahai kalian para guru peradaban janganlah engakau ragu dan pesimis dengan keadaan dan pandangan terhadap sosok guru, karena bukan penghargaan lah yang terpenting melainkan momentum pengajaran dari sosok kalian lah yang terpenting, dengan begitu akan semakin banyak lagi jiwa - jiwa cerdas san bermartabat akan lahir di negeri ini.

Semangatlah wahai sang guru peradaban!!!
Learning - Leading - Teaching